"Pada tiap orang dampak popularitas ini berbeda dari orang ke orang. Karena dampak popularitas bisa menjadi beban bila perannya sudah publik figur. Sementara beban tersebut tidaklah besar bila dialami pribadi. Jadi apakah beban antara sudah jadi publik figur atau pribadi itu seimbang, tergantung dengan orang yang bersangkutan," katanya, Rabu (12/9).

Dia mencontohkan saat menjadi diri sendiri maka ekspetasi kecil dibandingkan telah muncul sebagai publik figur, di mana ekspetasi masyarakat akan besar.

"Nah kalo gak kuat mentalnya maka dia gamang ada nilai-nilai pribadi yang dianut," sambungnya.

Tetapi, kata Tika, seringkali peran publik figur melebar terlalu besar sehingga beban yang diemban pun menjadi berat.

"Akibatnya, yang dilihat ukuran-ukuran yang gak pas sebagai publik figur. Misalnya ingin menikah lagi karena mengikuti publik figur lain. Tapi gitu kalo naik, entah pengaruh atau ada orang di situ sehingga ada kegamangan peran domestik di rumah. Soal kepopuleran kerap membuat gonjang lantaran terkait dengan mental," tuturnya lagi. (kpl/dis/faj)

Sumber:http://id.omg.yahoo.com/news/psikolog-limbad-nikah-lagi-karena-sindrom-populer-143000915.html